BAB
I
A.
Pedahuluan
Dunia
teknologi terutama elektronika bisa dirasa semakin tahun semakin berkembang
pesat. Dari teknologi yang sederhana sampai yang tercanggih sekarang bisa
dirasakan oleh manusia, banyak peralatan-peralatan elektronika yang membantu kinerja
manusia sekarang berpindah dari yang dahulu masih analog berubah menjadi serba
digital. Televisi, handphone, notebook, laptop dan banyak peralatan
elektronika lainnya yang sekarang menggunakan teknik digital.
Dengan
kemajuan teknologi, piranti-piranti elektronika saat ini tidak bisa lepas dari
komponen dasar pembentuk rangkain elektronika yang berupa semikonduktor baik silikon maupun germanium. Dari bahan inilah dibuat dioda dan kemudian tercipta
pula transistor pada tahun 1940-an. Transistor merupakan komponen terpenting
pada suatu alat elektronika, baik dalam penggunaan sederhana dalam arti masih
dalam wujud transistor atau sudah terbentuk dalam sebuah IC ( Integrated
Cirkuit ). Transistor dalam
suatu alat elektronika bisa berfungsi sebagai penguat sinyal, penguat arus,
penguat tegangan, sebagai saklar dan fungsi - fungsi yang lain yang dimiliki
transistor.
Makalah
ini dibuat untuk membahas fungsi transistor sebagai penguat yaitu khususnya
penguat kelas A, B dan C. Penguat tipe A, B dan C memiliki ciri sendiri -
sendiri baik dari baik dari segi fisik maupun fungsinya, walaupun pada
kenyataanya sama - sama sebagai penguat. Makalah ini akan memberikan gambaran
secara umum mengenai transistor sebagai penguat kelas A, B dan C. Akan tetapi
makalah ini lebih membahas tengtang penguat kelas C saja, sedangkan penguat
kelas A dan penguat kelas B hanya sebatas pengenalan saja. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan guna untuk menyempurnakan
makalah ini
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PENGUAT DAYA
Istilah
penguatan pada dasarnya berarti membuat menjadi lebih kuat. Dalam bidang
elektronika maka yang diperkuat adalah amplitudo dari sinyal. Untuk mengerti
bagaimana penguat bekerja perlu dimengerti dua tipe penguatan yang utama yaitu
:
1.
Penguat tegangan yaitu penguat yang menguatkan tegangan dari
sinyal masukan.
2. Penguat arus yaitu penguat yang
menguatkan arus dari sinyal masukan.
Sedangkan
penguat daya yaitu kombinasi dari dua tipe penguat di atas. Meskipun pada
kenyataannya semua penguat adalah penguat daya karena tegangan tidak akan ada
tanpa adanya daya kecuali jika impedansinya tak terhingga. Efisiensi dari
penguat daya didefinisikan sebagai perbandingan dari daya yang diterima beban
dengan daya yang diberikan oleh catu daya.
Gambar
1.1
Rangkaian
penguat daya yang dibahas hanya penguat daya pada bagian akhir dari rangkaian
transmitter pada sistim komunikasi. Daya yang akan dikirimkan ke antena harus
mempunyai level yang cukup tinggi, sehingga informasi yang dipancarkan antena
ini, yang berupa gelombang elektromagnetika, akan bisa merambat sampai ke
tempat tujuannya (receiver) yang terpisah jauh dari transmitter dan masih
mempunyai level daya tertentu yang memungkinkan adanya pendeteksian sinyal
tersebut.
Pada
rangkaian penguat daya, amplitudo sinyal sudah cukup besar, sehingga pembahasan
dengan menggunakan besaran-besaran linier yang dilakukan pada penguat sinyal
lemah tidak lagi relevan di sini. Macam -macam Penguat Daya Penguat daya
diklasifikasikan menurut titik kerjanya. Titik kerja (titik Q) yaitu titik pada
garis beban yang menggambarkan keadaan transistor saat
tidak ada sinyal masukan.
Suatu sistem penguat biasanya terdiri
atas beberapa tingkat dimana penguat daya merupakan tingkat yang terakhir.
Penguat daya dimaksudkan untuk memberikan daya maksimum kepada beban yang
mungkin berupa loudspeaker, penggerak, kumparan atau komponen daya lainnya.
Input dari sistem penguat berupa sinyal kecil yang kemudian dikuatkan oleh
beberapa penguat tegangan dan akhirnya diumpankan ke penguat daya untuk
memperoleh daya yang besar.
Fokus
pembicaraan pada penguat sinyal kecil adalah linieritas penguat dan besarnya
penguatan, sedangkan pada penguat daya pembahasan akan difokuskan pada
efisiensi penguat, daya keluaran maksimum, dan penyesuai impedansi. Input
penguat daya berupa sinyal besar, sehingga kemampuan daya transistor harus
cukup besar untuk dapat memberikan daya kepada beban.
B.
PENGUAT DAYA KELAS C
Penguat
kelas B perlu 2 transistor untuk bekerja dengan baik, maka ada penguat yang
disebut kelas C yang hanya perlu 1 transistor. Ada beberapa aplikasi yang
memang hanya memerlukan 1 phase positif saja. Contohnya adalah pendeteksi dan
penguat frekuensi pilot, rangkaian penguat tuner RF dan sebagainya. Transistor
penguat kelas C bekerja aktif hanya pada phase positif saja, bahkan jika perlu
cukup sempit hanya pada puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa sinyalnya bisa
direplika oleh rangkaian resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian penguat
kelas C adalah seperti pada rangkaian berikut ini.
Gambar1.2 Rangkaian Dasar Penguat Kelas C
Rangkaian
ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor memang sengaja dibuat
bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian L C pada rangkaian tersebut akan
ber-resonansi dan ikut berperan penting dalam me-replika kembali sinyal input
menjadi sinyal output dengan frekuensi yang sama. Rangkaian ini jika diberi
umpanbalik dapat menjadi rangkaian osilator RF yang sering digunakan pada
pemancar. Penguat kelas C memiliki efisiensi yang tinggi bahkan sampai 85%, namun tingkat fidelitasnya memang
lebih rendah.
Tetapi
sebenarnya fidelitas yang tinggi bukan menjadi tujuan dari penguat jenis ini. Penguat
kelas C dipakai pada penguat frekuensi tinggi. Karena posisi dari titik kerja di C yang berada di bawah
kaki dari karakteristik transistor, maka arus kolektor ada pada interval yang
lebih kecil dari setengah perioda. Efisiensi yang dicapai >85%. Untuk
mendapatkan sinyal sinus (dengan band untuk sinyal informasinya) pada output
penguat daya kelas C ini dipasangkan rangkaian resonansi.
Penggunaan
tegangan DC yang dipasangkan secara serial dengan tegangan RF yang akan
diperkuat memungkinkan dipilihnya titik-titik kerja di atas, yang akan
mengklasifikasikan masing-masing penguat daya itu sesuai dengan namanya. Di bab
ini kita hanya akan membahas penguat daya kelas C.
Penguat kelas C menghasilkan sinyal
output kurang dari 180 derajat dari sinyal input. Hal ini karena bias yang
diberikan kepada transistor terletak di bawah titik cut-off (mati). Untuk
transistor NPN adalah dengan memberikan tegangan VBE negatif. Efesiensi penguat
kelas C menjadi sangat tinggi, karena hidupnya transistor hanya sebentar saja.
Penguat kelas C banyak digunakan pada penguat dengan rangkaian ternala,
misalnya pada penguat akhir pemancar. Dengan menggunakan rangkaian ternala pada
bagian output penguat kelas C dapat diperoleh sinyal output bentuk sinus.
Secara keseluruhan bentuk sinyal output yang dihasilkan penguat kelas A, B, AB,
dan C dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 1.3 Bentuk gelombang kelas A, AB, B dan C
Gambar 1.4 Penguat kelas C dan tanggapan frekuensinya
Rangkaian
tangki resonansi LC paralel,
memiliki frekuensi resonansi sebesar:
Pada
saat sinyal input tertala pada frekuensi fr tegangan output akan maksimum dan
bersifat sinusoida, dengan penguatan tegangan sebesar Amax. Untuk menganalisa
rangkaian ini, pertama-tama dilakukan Rangkaian ekivalen DC. Selanjutnya
dilakukan pembuatan garis beban ditunjukkan pada gambar berikut.
Rangkaian DC ekivalen dan garis beban DC dan AC
Gambar 1.5 Rangkaian DC ekivalen dan garis beban DC dan AC
Transistor tersebut tidak ada
pembiasan
·
VBE = 0 = IC = 0 untuk sinyal input < 0,7 V
·
titik Q akan cuttoff pada garis beban
·
RS : hambatan kolektor DC (resistansi induktor RF) garis beban relatif vertikal karena RS kecil.
Rangkaian ekivalen AC penguat CE (common emitor) ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 1.6 Rangkaian
ekivalen AC
seperti ditunjukkan pada garis beban
di atas, dengan rc : hambatan kolektor AC. Jadi pada penguat kelas C swing tegangan
sebesar VCC dan arus saturasi sebesar VCC/rc.
Gambar 1.6 Titik
kerja Penguat daya kelas C
Analisa Rangkaian DC
Diketahui pada rangkaian penguat C
RB=R1//R2/R1+R2
VRB=IB.RB
VRE=IE.RE
VRC=IC.RC
LOOP 1:
ZV=0
VBB-VRB-VBE-VRE=0
VBB-VBE=VRB+VRE
=IB.RB+IE.RE
IE=IB+IC
VBB-VBE=IB.RB+IC.RE
=IB.RB+(IB+IC)RE
=IB(RB+IB(1+β)RE)
IB=VBB-VBE/RB+(1+β)RE
LOOP 2
ZV=0
VCC-VRC-VCE-VRE=0
VCC-VCE=VRC+VRE
=IC.RC+IE.RE
=IC.RC+IC.RE
=IC(RC+RE)
Garis
Beban DC
Analisa
Rangkaian AC
Karena ICQ = 0 dan VCEQ = VCC , maka :
Garis
Beban AC
Efisiensi
Penguat kelas C memiliki efisiensi yang tinggi bahkan
sampai 100%
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penguat kelas C
hampir selalu mempunyai nilai Q rangkaian lebih besar dari pada 10. Artinya lebar
pita lebih kecil dari pada 10 % frekuensi resonansi. Oleh karena itu, penguat
kelas C disebut penguat pita sempit (narrowband circuit). Penguat kelas
C hanya dapat memperkuat frekuensi resonansi dan frekuensi-frekuensi yang
berada di dekatnya.
Daya beban ac
penguat kelas C diberikan oleh:
Gambar
Rangkaian
Gambar Penguat
Kelas C
Rangkaian dasar
Penguat Kelas C
Analisis Rangkaian
Pada rangkaian penguat kelas C, transistor penguat kelas C bekerja aktif
hanya pada phase positif saja, bahkan jika perlu cukup sempit hanya pada
puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian
resonansi L dan C.
Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor memang
sengaja dibuat bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian L C pada rangkaian
tersebut akan ber-resonansi dan ikut berperan penting dalam me-replika kembali
sinyal input menjadi sinyal output dengan frekuensi yang sama. Rangkaian ini
jika diberi umpanbalik dapat menjadi rangkaian osilator RF yang sering
digunakan pada pemancar. Penguat kelas C memiliki efisiensi yang tinggi bahkan
sampai 100%, namun tingkat fidelitasnya memang lebih rendah. Tetapi sebenarnya
fidelitas yang tinggi bukan menjadi tujuan dari penguat jenis ini.
Implementasi
rangkaian
·
Pendeteksi dan penguat frekuensi pilot
·
Rangkaian penguat tuner RF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar